Kematianku

Andai bisa kembali ke masa silam, ke sepuluh tahun pertama sejak kelahiran, ketika ide kematian belum datang dan menghantui. Ketika garis hidup seakan terbentang tanpa batas dan aku masih di pangkal.

Kematian momen yang sangat nyata dan personal, yang tak bisa disuplai doktrin apa pun. Kematian pengalaman yang datang terakhir dan tak bisa kuceritakan ulang pada yang lain. Memikirkannya membuat yang lain-lain tiba-tiba tidak esensial. Memikirkannya membuatku berhenti dan bertanya ulang: apa yang sungguh penting?

Hanya tiga perempat abad sudah terbilang kuat. Siapa pula yang sanggup dan mau hidup hingga sembilan puluh atau seratus tahun? Dan kini aku sudah seperempat jalan; tinggal dua atau tiga perempat lagi. Itu pun jika tiada musibah atau perang di tengah jalan, yang tidak bertanya apakah aku sudah siap. Tanah tiba-tiba longsor, lalu aku mati. Pesawat jatuh, lalu aku mati. Penjahat menembakkan peluru, lalu aku mati.

Akan ada misteri semesta yang belum sempat terjawab sampai kematianku. Akan ada kreasi manusia yang belum sempat kusaksikan. Akan ada tempat-tempat terindah di bumi yang belum sempat kukunjungi. Akan ada bahasa yang belum sempat kupelajari.

Dan ketika aku musnah, terserah pada mereka yang bertahan untuk mengenang atau melupakan. Orang-orang besar tetap dikenal karena karyanya atau kekejiannya. Orang-orang biasa musnah dalam sejarah dunia, bergabung dengan miliaran orang biasa lainnya.

No comments:

Post a Comment

I'd like to hear from you. Put your comments below!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...